Perusahaan asuransi multinasional asal Prancis ini tercatat telah menanam investasi berkisar USD 6 juta di empat bank Israel (Bank Hapoalim, Bank Leumi, Bank Mizrahi-Tefahot, dan Israeli Discount Bank). Karena keempat bank tersebut ikut mendanai pemukiman ilegal Israel di Tepi Barat, maka PBB memasukkan keempat bank tersebut dalam daftar 112 perusahaan yang terlibat dalam pemukiman ilegal Israel dan karenanya ikut terlibat dalam pelanggaran hukum internasional.
Sejak diluncurkannya kampanye “Hentikan Bantuan AXA terhadap Apartheid Israel”, AXA telah mengambil sejumlah langkah.
Pertama, pada Desember 2018, AXA melalui anak perusahaannya AXA Investment Managers (IM) telah menarik investasi dari Elbit Systems, perusahaan senjata ternama di Israel yang terlibat dalam berbagai kejahatan perang terhadap rakyat Palestina.
Kedua, dalam 18 bulan ke belakang, AXA mengurangi sahamnya dari AXA Equitable Holdings, perusahaan yang secara langsung berinvestasi di Elbit Systems dan empat bank Israel yang terlibat dalam pemukiman ilegal, dari 64% menjadi 9%. Pada Januari 2020, akhirnya perusahaan Equitable Holdings tidak lagi memakai nama AXA dalam merek dagangnya.
Ketiga, pada Juni 2020, kampanye “Hentikan Bantuan AXA terhadap Apartheid Israel” menemukan fakta bahwa AXA ternyata menambah investasinya sebesar tiga kali lipat di tiga bank Israel yang terlibat dalam pemukiman ilegal hingga hampir mencapai USD 7 juta. Oleh karenanya, AXA masih terbukti terlibat dalam sistem apartheid Israel dan praktek kolonial di atas tanah Palestina.
Israel sangat mengandalkan keterlibatan berbagai pihak di dunia internasional demi mempertahankan rezimnya yang menjalankan penjajahan, kolonialisme, dan apartheid terhadap rakyat Palestina. Dalam berbagai praktek tersebut, berbagai korporasi dunia memiliki peranan kunci. Terlebih lagi, sebuah perusahaan asuransi seharusnya melindungi nyawa, bukan menghancurkannya. Maka investasi yang dilakukan AXA berkisar USD 7 juta di tiga bank Israel yang mendanai pemukiman ilegal merupakan bukti keterlibatan AXA dalam pelanggaran hukum internasional.
Walau pun AXA ikut menandatangani kesepakatan UN Global Impact yang mendorong dunia bisnis dan korporasi agar menjunjung tanggung jawab sosial, tetapi nyatanya AXA tidak mematuhi prinsip tersebut. Bank-bank Israel yang menerima investasi AXA telah membantu menciptakan, mempertahankan, dan mengembangkan berbagai pemukiman ilegal Israel, yang merupakan kejahatan perang menurut hukum internasional. Perusahaan asal Prancis ini di satu sisi mempromosikan acuan etik perusahaannya, tetapi di sisi lain malah melanggarnya dengan berinvestasi di bank-bank Israel yang mendanai pemukiman-pemukiman ilegal. AXA sendiri sebenarnya memiliki kebijakan global untuk investasi yang bertanggung jawab, termasuk adanya acuan yang menyinggung “senjata kontroversial” dan negara-negara yang menjadi “risiko politik”. Sudah seharusnya sistem apartheid Israel dan pencurian tanah Palestina masuk dalam kriteria tersebut.
Elbit Systems
AXA telah membuat “Kebijakan Grup terkait Senjata-Senjata Kontroversial”, dimana disebutkan bahwa AXA telah mengambil sejumlah langkah untuk menghentikan usaha-usaha yang memiliki keterkaitan dengan pembuat bom curah, amunisi curah, senjata kimia dan biologis, maupun pembuat komponennya. Di sisi lain Elbit Systems di Israel membuat bom curah dan menyuplai militer Israel dengan fosfor putih, senjata ilegal yang digunakan untuk membunuh dan mencederai ratusan rakyat sipil Palestina. Anak perusahaan AXA, AXA IM, telah menarik investasinya dari Elbit Systems.
Namun kendati arah kebijakan investasi bertanggungjawab oleh AXA tersebut, AXA ternyata masih memiliki investasi lebih dari USD 1,2 juta di Elbit Systems, melalui perusahaan afiliasi AXA Equitable Holdings.
Elbit Systems juga memproduksi 85% “drone pembantai” yang digunakan militer Israel terhadap rakyat Palestina. Perusahaan ini menyuplai teknologi pengintaian dan perlengkapan elektronik untuk Tembok Apartheid di Tepi Barat, yang dinyatakan ilegal oleh Mahkamah Internasional pada tahun 2004. Dengan terjualnya produk mereka kepada militer Israel, Elbit Systems bahkan memamerkan penjualan tersebut dalam strategi pemasaran ekspor sebagai bukti keampuhan kapabilitas tempur senjata mereka, tentu yang dimaksud “ampuh” adalah ampuh dalam menyerang rakyat Palestina. Di sisi lain Aparat keamanan Israel juga menggunakan persenjataan yang dibuat Elbit Systems untuk melakukan kekerasan brutal dan ilegal terhadap warga sipil Palestina, termasuk pembunuhan di luar proses hukum, penindasan demonstran tak bersenjata, penggusuran rumah dengan kekuatan senjata, penangkapan massal, dan terutama blokade militer dan pemboman besar-besaran Jalur Gaza pada tahun 2009, 2012, 2014.
Bank-bank Israel
AXA berinvestasi lebih dari USD 90 juta di lima bank besar Israel: Bank Hapoalim, Bank Leumi, Bank Mizrahi-Tefahot, dan Israeli Discount Bank. Berbagai laporan dari Human Right Watch dan lembaga HAM lainnya telah mengkonfirmasi bahwa seluruh bank Israel terlibat dalam industri pemukiman ilegal Israel di Tepi Barat. Mereka menyediakan pinjaman khusus untuk proyek-proyek pribadi, perusahaan, maupun pemerintahan yang beroperasi di Tepi Barat. Tidak terkecuali kelima bank tersebut yang dimana AXA ikut memegang sahamnya.
Sebagai contoh, Bank Hapoalim sebagai salah satu bank terbesar Israel ikut mendanai pembangunan proyek perumahan di pemukiman-pemukiman ilegal Israel. Bank ini juga bertindak sebagai penjamin serta menyediakan pinjaman untuk kontraktor-kontraktor besar maupun perusahaan konstruksi yang beroperasi di Tepi Barat. Di samping itu bank ini juga menjadi penjamin untuk pinjaman pemerintah kepada sejumlah perusahaan yang membangun Jerusalem Light Rail (LRT Yerusalem), sebuah proyek ilegal yang didesain untuk menjadi penghubung berbagai pemukiman ilegal di Yerusalem Timur. Selain itu bank ini juga menyediakan hipotek/kredit jangka panjang kepada para pembeli rumah, maupun layanan finansial kepada aparat lokal di pemukiman ilegal Israel. Lebih buruk lagi, Bank Hapoalim secara sengaja mendiskriminasi warga Palestina di Israel dengan menyetop transfer dari rekening Palestina kepada kantor cabang yang mereka anggap berlokasi di “area populasi Yahudi”. Bank-bank lainnya juga melakukan praktek diskriminasi serupa terhadap warga Palestina serta juga menjadi tulang punggung bagi keberlangsungan pemukiman ilegal Israel.